Development Ladder Assessment (DLA) untuk Perusahaan Koperasi adalah alat asesmen partisipatif untuk membangun kapasitas yang dikembangkan oleh Canadian Co-operative Association (CCA). Secara mendasar, DLA dirancang sebagai alat komprehensif untuk asesmen kebutuhan yang memungkinkan koperasi mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, serta menentukan area aksi untuk pengembangan berkelanjutan. Alat ini berfungsi sebagai standar pengembangan koperasi yang dapat digunakan oleh perusahaan koperasi untuk mengukur diri mereka sendiri dalam upaya membangun dan memperkuat kapasitas dan kinerja. DLA bukan hanya alat evaluasi, tetapi juga alat untuk perencanaan dan manajemen yang mendukung pembangunan kapasitas mitra.

A. Sejarah Singkat 

Sejarah DLA menunjukkan bahwa alat ini merupakan hasil evolusi dan modifikasi berkelanjutan. DLA pertama kali diadaptasi oleh Canadian Co-operative Association (CCA) dari alat yang dikembangkan oleh International Co-operative Alliance untuk mengukur hasil intervensi pembangunan.

Versi tahun 2001 dari DLA dirancang untuk membandingkan skor antarkoperasi dalam empat kategori: Visi, Kapasitas, Sumber Daya, dan Jaringan. Saat itu, DLA diulang setiap enam bulan untuk berfungsi sebagai alat pemantauan kemajuan. Versi ini diuji di Indonesia antara tahun 2001 dan 2003.

Versi 2005-2006 digunakan di Tiongkok untuk membantu lembaga pelatihan mengembangkan rencana pendampingan pembangunan kapasitas. Awalnya, versi ini dikembangkan sebagai alat asesmen kelembagaan mitra bagi CCA (sebagai penyandang dana) dan sebagai alat asesmen mandiri mitra. Pada tahun 2008 dan 2009, alat ini diuji di Honduras, Rwanda (dengan koperasi pertanian), dan Uganda (dengan serikat kredit), dengan perbaikan dilakukan setelah setiap aplikasi.

Versi terbaru yang disajikan dalam dokumen ini adalah versi Oktober 2009. Pendekatan CCA dalam versi ini telah bergeser dari tujuan komparatif menuju fokus pada refleksi diri dan pembelajaran internal dalam koperasi, yang difasilitasi oleh pakar. Pergeseran ini memungkinkan fleksibilitas dan adaptasi yang lebih besar terhadap konteks spesifik koperasi yang bersangkutan. Alat ini tidak dimaksudkan untuk berfungsi sebagai “ujian” untuk membandingkan koperasi satu sama lain.

B. Tujuan

Tujuan utama Development Ladder Assessment (DLA) sangat beragam dan berpusat pada pengembangan koperasi secara holistik:

  1. Asesmen Kebutuhan Komprehensif: DLA bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan koperasi sebagai dasar untuk menentukan area aksi pengembangan berkelanjutan.
  2. Pembangunan Kapasitas dan Peningkatan Kinerja: Alat ini memberikan standar pengembangan untuk membantu koperasi mengukur diri sendiri saat mereka berusaha membangun dan memperkuat kapasitas dan kinerja.
  3. Refleksi Diri dan Pembelajaran Kolektif: DLA dirancang untuk memfasilitasi proses partisipatif refleksi diri dan pembelajaran kolektif di antara anggota koperasi. Inti dari metodologi DLA adalah fasilitasi refleksi kelompok yang memicu diskusi mendalam.
  4. Perencanaan dan Manajemen Proyek: DLA dapat digunakan sebagai alat analitis oleh manajer proyek untuk memahami kekuatan dan kelemahan koperasi mitra, sehingga dapat merencanakan aksi dukungan yang sesuai. Selain itu, alat ini dapat digunakan untuk menilai kapasitas kelembagaan dan mengintegrasikan pembangunan kapasitas ke dalam desain proyek.
  5. Pemantauan Kemajuan: DLA dapat digunakan sebagai alat pemantauan untuk mengukur kemajuan koperasi dalam pembangunan kapasitas dari waktu ke waktu.

C. Ruang Lingkup

Development Ladder Assessment (DLA) mencakup 20 indikator (23 untuk serikat kredit) yang mengukur kapasitas dan kinerja organisasi berdasarkan karakteristik dan prinsip koperasi. Indikator-indikator ini dikelompokkan menjadi empat komponen utama, yang didasarkan pada standar koperasi sebagaimana diuraikan dalam International Co-operative Identity Statement dan mewakili fitur utama perusahaan koperasi yang sehat:

  1. Visi (Tujuh Indikator): Meliputi rencana strategis dan komitmen organisasi terhadap lingkungan, kesetaraan gender, pembangunan sosial, dan jaringan.
  2. Tata Kelola dan Keterlibatan Anggota (Lima Indikator): Meliputi struktur dan perilaku Dewan (Board) serta partisipasi anggota.
  3. Kapasitas Manajemen dan Pengembangan Bisnis (Enam Indikator): Menangani isu-isu seperti efisiensi dan efektivitas.
  4. Manajemen Keuangan: Menangani isu-isu seperti pencatatan dan kinerja keuangan. Dua indikator untuk koperasi non-simpan pinjam dan lima indikator untuk simpan pinjam.

Untuk tujuan penghitungan skor keseluruhan, indikator dalam bagian Manajemen Keuangan direkomendasikan untuk diberi bobot dua kali lipat dari indikator lain, mengingat pentingnya manajemen keuangan yang sehat untuk keberlanjutan jangka panjang.

D. Metode

DLA dirancang sebagai proses partisipatif yang berpusat pada refleksi kelompok.

Peserta

Meskipun idealnya melibatkan Dewan, manajemen, staf, dan anggota umum (pria dan wanita, tua dan muda, berpenghasilan rendah dan tinggi), kelompok sasaran paling penting untuk latihan ini adalah seluruh Dewan, manajer, dan akuntan koperasi. Untuk memaksimalkan pembelajaran, jumlah peserta sebaiknya dibatasi hingga lima belas orang.

Proses dan Teknik Utama

  1. Refleksi Kelompok: Fasilitator memandu kelompok melalui serangkaian sub-indikator (dalam bentuk pertanyaan) untuk setiap indikator, memicu diskusi mendalam. Fasilitator harus mampu menjelaskan prinsip-prinsip di balik indikator dan memandu kelompok tentang prinsip koperasi dan praktik terbaik.
  2. Penentuan Skor: Setelah diskusi, kelompok menentukan skor antara 1 hingga 5 (skala lima poin) untuk setiap indikator. Skor harus mencerminkan konsensus di antara peserta. Skor yang rendah diharapkan memicu diskusi tentang cara meningkatkan kinerja. Sesi ini membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit per indikator.
  3. Pencatatan Poin Aksi (Action Plan): Merupakan aspek metodologis yang penting, yaitu menghubungkan refleksi dengan aksi. Peserta didorong untuk menghasilkan ide-ide aksi untuk memperbaiki kelemahan yang teridentifikasi. Poin aksi dicatat selama diskusi dan ditinjau di akhir setiap indikator dan di akhir latihan.
  4. Tinjauan Dokumentasi: Proses DLA harus dilengkapi dengan peninjauan dokumen yang relevan, seperti rencana strategis, anggaran rumah tangga, kebijakan, rencana bisnis, dan laporan keuangan.
  5. Waktu: Proses DLA melalui diskusi kelompok dapat memakan waktu minimal satu hari penuh hingga tiga hari penuh, tergantung konteks dan jenis koperasi.
  6. Fasilitator: Peran fasilitator sangat penting untuk memastikan partisipasi semua orang (pria, wanita, muda, tua) dan memicu pembelajaran kolektif. Fasilitator idealnya adalah seseorang dengan keahlian dalam pengembangan koperasi, undang-undang koperasi, perencanaan strategis dan operasional, serta manajemen keuangan.

Dengan menekankan pembelajaran internal dan refleksi diri, DLA bertujuan untuk membawa kelompok koperasi pada pemahaman yang lebih kuat tentang pengembangan koperasi dan memicu aksi nyata untuk perbaikan. []