Consortium Platform Cooperativism Hongkong mengadakan seminar platform koperasi bertajuk Sowing the Seeds: Platform Coopertivism in Asia. Tamu undangan dan pembicara dari kalangan akademisi dan praktisi koperasi dari berbagai belahan dunia hadir pada kegiatan tersebut. Diantaranya adalah Profesor Trebors Scholz sendiri, akademisi dari New School University yang mempopulerkan istilah platform cooperativism untuk pertama kali.

Seminar ini diadakan sebagai respon terhadap gig economy yang diiringi oleh menjamurnya buruh digital (digital labour) dalam beragam sektor. Para buruh digital bekerja dalam kondisi rentan dan tanpa ada kepastian kerja seperti layaknya buruh konvensional pada umumnya. Dan seminar ini membincang platform cooperativism sebagai solusi atas kondisi tersebut.

Seminar dibuka oleh ceramah Michael Bauweans dari P2P Foundation dan juga Profesor Pun Ngai tentang sejarah  gerakan sosial di Cina. Michael mengatakan di era digital sebenarnya orang telah bekerja secara berkoperasi dan bahu membahu menciptakan perusahan benilai milyaran dollar secara tidak sadar dengan menjadi pengguna produk perusahaan semisal google, facebook, uber dan sebagainya. Profesor Pun Ngai menuturkan revolusi sosial Cina adalah sebuah revolusi yang belum usai. Di mana kemajuan perekonomian Cina hari menghasilkan kesenjangan yang tinggi dari sisi sosial.

Seminar dihelat selama dua hari, 28-29 September 2018 di Yasumoto Academic Park CHUK. Seminar menampilkan showcase dan rountable dari platform koperasi di wilayah Cina maupun dari tempat lain di dunia.

Showcase hari pertama menampilkan praktik koperasi dari wilayah Cina, baik itu Cina daratan dan Taiwan. Dari Cina daratan, The Nantang Cooperative membuat platform online untuk menjual produk pertanian warga desa. Dari Taiwan Smangus Aboriginal Labor Cooperative memutus rantai pasok yang tidak berpihak pada petani dengan cara membuat platform online sehingga petani mendapat penghasilan lebih baik. Terakhir adalah Aliance of Taiwan Foodbank organisasi yang bergerak di bidang ketahanan pangan.

Showcase sesi kedua menyajikan praktik-praktik platform coop dari asia. Di antaranya Sewa Cooperative dari India, Translate for her dan The Singing Cicadas dari Hongkong, Japan Workers’ Cooperative Union dari Jepang, Digi Coop dari Indonesia, Sungmisan Village dari Korea. Dalam kesempatan ini juga, Simel Esim dari Interntaional Labor Organization (ILO) dan Eum Hyung-sik dari International Cooperative Alliance (ICA) turut hadir memberikan komentar terhadap platform cooperativism.

Kegiatan hari pertama ditutup dengan sesi rountable yang menghadirkan founder platform rintisan, mulai dari Hongkong, Asia Tenggara hingga Turki. Dari Hongkong ada Albert Lui yang mendirikan BTW Ride-Sharing, semacam taksi online. Dari Indonesia, Nashin Mahtani mendirikan petabencana.id. Yaitu sebuah platform pemetaaan bencana berdasarkan laporan masyarakat melalui media sosial. Dari Turki, Ali Ercan memperkenalkan situs donasi untuk pendidikan need maps. Dan terakhir, Jessamine Pacis dari Philipina mendirikan Foundation for media Alternatives.

Hari kedua dimulai dengan kuliah dari Profesor Trebor Scholz dari the New School University. Dalam kuliahnya Trebors menjelaskan latar belakang platform coverativism berikut konsepnya. Ia juga menceritakan implementasi platform di berbagai tempat, mulai dari India hingga Amerika. Juga beberapa platform koperasi semisal Fairbnb, Up & Go, Stocksy, startup coop dan lain sebagainya.

Di hari kedua, showcase platform coverativism dari Amerika, Eropa dan Australia. Yang pertama adalah Fairmondo, situs semacam eBay versi koperasi yang dirikan oleh Felix Weth dari jerman. Selanjutnya ada Geddup, sebuah platform kolaborasi antar komunitas yang didirikan oleh Rohan Clarke dari Australia. Selain itu platform-platform koperasi lain seperti Coop Exhange (Malta), Unionen (Swedia), sMart (Belgia), Coop Circle (France), dan ShareTribe (Finlandia) hadir dan menceritakan plaftorm mereka masing-masing.

Sebagai respon terhadap semakin populernya Blockchain di dunia, seminar juga mengundang founder-founder koperasi berbasis blockchain. Diantaranya adalah Peter Harris (Resonate, German), lalu ada Zhang Jieping (Matter News, Hongkong), Tam Lat (Shanzai City, Hongkong), Isac Mao (Musicoin,USA)  dan Rob Stone (Datavest, USA).

Dalam seminar tersebut, Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI) ikut berpatisipasi dengan mengirim dua delegasi, Novita Puspasari, HC. dan Aef Setiawan, HC. Tujuannya adalah untuk mengabarkan ICCI pada konsorsium platform koperasi internasional, memetakan aktor kunci, membangun jaringan dan mencari peluang kolaborasi diantara jaringan tersebut. []

Liputan kegiatan bisa ditonton di sini: https://www.youtube.com/channel/UCahi9q-p00ZeWMlc97uHacA