Pada Sabtu, 22 November 2025, ICCI menghadiri undangan āTemu dan Diskusi Terbatasā yang diinisiasi oleh Forum Indonesia Muda (FIM) berkolaborasi dengan Nalar Institute. Bertempat di Kopikina, Cikini, Jakarta Pusat, peserta diajak mendiskusikan perihal āRefleksi Tata Kelola Kebijakan Nasional dan Ekosistem Lembaga Riset Think Tank di Indonesiaā. Ilham Nasai, Direktur Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri ICCI, hadir bersama 40an lembaga think tank dan CSO lainnya.
Tujuan diskusi itu sebagai ruang refleksi kolektif guna memperkuat peran strategis lembaga riset, think tank, dan organisasi masyarakat sipil (CSO) di tengah pusaran dinamika kebijakan saat ini. Diskusi mengulas arah dan tantangan ekosistem riset kebijakan, sekaligus merumuskan jalan untuk membangun kolaborasi lintas stakeholders. Harapannya, riset dan analisis dari think tank dapat memberikan kontribusi yang lebih berarti, mendorong proses kebijakan publik yang berbasis bukti (evidence-based policy) dan keterlibatan bermakna (meaningful participation).
Diskusi menyoroti dinamika yang terjadi di level kebijakan. Para peserta menyoroti bahwa grand desain dan dasar teknokratik pada beberapa kebijakan pemerintahan saat ini terasa minim. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan pembuatan keputusan yang kurang ditopang oleh analisis mendalam dan data yang valid, sehingga meragukan dalam hal kualitas dan keberlanjutan serta dampak kebijakan tersebut.
Foto diambil dari Instagram Yanuar Nugroho
Tantangan terbesar lainnya terletak pada aspek tata kelola. Peserta kompak menyimpulkan bahwa kolaborasi praktis tidak berjalan. Seringkali, lembaga-lembaga atau kementerian berjalan sendiri-sendiri, menciptakan kebingungan dan inkonsistensi kebijakan. Situasi ini diperparah oleh adanya frustrasi mendalam terhadap patronage government, di mana sistem kebijakan publik dituding lebih banyak melayani kepentingan patronase ketimbang kepentingan publik. Selain itu, munculnya gejala resentralisasi kewenangan yang masif, di mana hak dan otonomi daerah ditarik kembali ke pusat, semakin memperumit upaya perumusan kebijakan yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan lokal.
Menghadapi tantangan tersebut, pembahasan bergeser pada peran strategis lembaga think tank dan CSO. Dipertegas bahwa dorongan perubahan tidak boleh berhenti pada gerakan think tank saja. Perlu ada upaya konsolidasi yang lebih luas. Konsolidasi tidak boleh hanya dilakukan di internal lembaga think tank, tetapi harus melibatkan CSO lain serta perlunya mencari mitra kritis di pemerintahan yang bersedia diajak berpikir dan berdiskusi.
Aspek internal think tank juga tak luput dari sorotan. Untuk menjamin keberlanjutan kontribusi mereka, lembaga riset didorong untuk menghindari personalisasi. Keberhasilan harus bertumpu pada kelembagaan dan kualitas riset, bukan bergantung pada figur kunci semata. Terakhir, peserta menekankan pentingnya dialog antar generasi sebagai alat refleksi untuk menilai secara jujur apakah jalur demokrasi yang sedang ditempuh Indonesia sudah berjalan sesuai dengan cita-cita awalnya.
Diskusi ini menjadi wake-up call bahwa ekosistem kebijakan Indonesia menghadapi tantangan legitimasi teknokratik dan tata kelola. ICCI dan lembaga think tank diharapkan dapat membawa pulang semangat untuk memperluas jejaring, memperkuat fondasi riset berbasis bukti, dan secara aktif mendorong reformasi tata kelola yang lebih inklusif dan meritokratis. []










Post a comment