Induk organisasi koperasi dunia atau International Cooperatives Alliance (ICA) Regional Asia Pasifik menyelenggarakan Coopathon 3.0 pada 11-14 Desember 2020. Coopathon ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menggali berbagai ide kreatif yang kontekstual bagi koperasi. Coopathon ketiga mengambil isu terkait pandemi dan dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat.
Kegiatan ini diikuti oleh 82 kelompok peserta dari 9 negara: India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Australia, Brazil, Kenya, China dan Sri Lanka. Pada tahun sebelumnya Coopathon biasanya diselenggarakan secara luring. Sebab pandemi, tahun ini dilaksanakan secara virtual. Dalam kegiatan sprint ini peserta secara intensif didampingi oleh 13 mentor internasional yang ahli di bidangnya.
Tiap peserta didampingi untuk menyistematisir ide kreatif atau tawaran solusi tertentu dalam konteks pandemi dan menghubungkannya dengan koperasi. Sampai kemudian pada ujungnya, peserta diminta memaparkan atau pitching ide mereka di depan para juri. Dari 82 kelompok dipilih 10 kelompok terbaik untuk pitching.
Juri menilai presentasi mereka selama 5-8 menit. Dan ujungnya, tiga pemenang diumumkan pada 14 Desember 2020. Inno Game Coop asal Indonesia dinyatakan sebagai Juara I. Disusul kemudian MYCOON dan Design For Impact Juara kedua dan ketiga, sama-sama dari India. Para juara memperoleh hadiah sebesar 3000$, 2000$ dan 1500$ serta dukungan lain dari ICA AP.
Pada closing ceremony, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Prof. Rully Indrawan diberikan kehormatan untuk menyampaikan sambutan. Dalam kesempatan itu Prof. Rully menyampaikan harapannya agar semua inovasi model bisnis dan teknologi yang telah diciptakan oleh para partisipan dapat diaplikasikan dan di implementasi di masa depan. Boleh jadi kehormatan ini diberikan ke Indonesia sebab Indonesia mengirim peserta terbanyak, 23 kelompok di banding negara-negara lainnya.
Inno Game Coop sendiri merupakan koperasi startup yang diinkubasi oleh Inno Circle Initiative di Purwokerto. Apa yang unik dari model bisnis startup ini adalah mereka menawarkan peluang pendapatan dari pembuatan aplikasi-aplikasi game. Startup ini merupakan koperasi para freelancer yang memungkinkan para talenta untuk membuat dan memonetisasi game bikinannya.
Talenta yang bisa menjadi anggotanya akan dilatih koperasi sehingga bisa membuat aplikasi game secara cepat dan apik. Dengan model bisnis tertentu, koperasi ini menawarkan tiga sumber pendapatan bagi talentanya: royalti dari tiap game yang mereka bikin, mekanisme solidaritas dari game talenta lain serta deviden atau Sisa Hasil Usaha (SHU) akhir tahun.
Koperasi startup ini diinisiasi oleh sekelompok talenta di bidangnya. Dipimpin oleh Fauzan Artga, CEO, yang telah berkecimpung di industri itu. Kemudian ada Yoseph Ade Setiawan, COO, yang sebelumnya berpengalaman di industri game di Singapore. Dan terakhir Rizal Ibnu, CTO, programmer yang juga berkecimpung di dunia startup tanah air.
Mereka kemudian diinkubasi oleh InnoCircle menjadi sebuah koperasi startup. Proses inkubasi ini dijalankan selama satu tahun sampai kemudian mereka bisa mapan. Koperasi menjadi pilihan kelembagaan, sebab mereka berangkat dari modalitas keterampilan/ keahlian talenta yang ada. Di sisi lain, dengan koperasi mereka dapat mengonsolidasi aneka sumber daya serta membagi resiko. “Orang bisa membuat game sendiri. Tapi resikonya bisa besar sekali. Dengan koperasi ini, modal dikonsolidasi bersama dan resiko juga dibagi”, ujar Fauzan, CEO.
Koperasi startup ini menargetkan memperoleh pendapatan sebesar 20 milyar dalam lima tahun mendatang. Pendapatan itu diperoleh dari iklan-iklan pada aplikasi game mereka. “Industri game ini sangat besar nilainya. Segmennya juga luas. Mulai anak-anak di bawah lima tahun sampai dewasa 40an tahun. Juga tidak mengenal batas negara”, sambung Fauzan.
Dalam kesempatan terpisah Anis Saadah, HC., CEO InnoCircle menyampaikan apresiasinya, “Kami sangat bahagia mendengar kabar Inno Game Coop Juara I. Itu merupakan capaian yang luar biasa, melihat tenant yang kami dampingi bisa berlaga di kancah Asia Pasifik. Kerja keras dalam proses pendampingan itu terbayar. Meski ini baru permulaan, tantangan nyata mereka harus bisa membuktikan model kelembagaan dan bisnisnya bekerja secara efektif dan benar-benar bisa menyejaterakan para talent yang bergabung”, terangnya. []
Post a comment