Koperasi Modern merupakan program prioritas Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) dengan target 500 unit koperasi yang dikembangkan sampai tahun 2024. Modernisasi koperasi bertujuan untuk meningkatkan daya saing dengan mendorong inovasi, tata kelola yang baik serta profesional, memperluas akses pasar, sehingga koperasi mampu adaptif, tumbuh tumbuh dan berkelanjutan.
Dalam memperingati Hari Koperasi Nasional ke 76, Kemenkop UKM menyelenggarakan webinar bertema “Kiat Bertransformasi Menjadi Koperasi Modern”. Dalam webinar tersebur ICCI menjadi salat satu narasumber yang diwakili oleh Anis Saadah, Managing Director, yang membawakan materi tentang “Karakteristik Koperasi Modern dan Langkah Mewujudkannya”. Dalam kesempatan itu Anis memperkenalkan “3 Vitamin Koperasi Modern” kepada lebih dari 150 peserta dari berbagai unsur seperti: Pendamping Koperasi Modern, Peserta Program Koperasi Modern dan Peserta Umum.
Karakteristik Koperasi Modern
Kepada peserta, Anis Saadah memaparkan karakteristik koperasi modern sebagaimana corak organisasi modern sembari menyitir teori organisasi. Beberapa di antaranya yakni memiliki: sistem terbuka, dinamis, adaptif, serta kreatif dan inovatif.
Sistem terbuka berarti kemampuan koperasi menjalin dan melakukan interaksi terhadap lingkungan eksternal. Koperasi yang modern mengakui pentingnya menjalin kemitraan dengan pihak eksternal seperti pelanggan, pemasok, dan lembaga keuangan. Koperasi ini mengintegrasikan input dan output yang berasal dari lingkungan eksternal untuk meningkatkan kualitas produk, memperluas jaringan pemasaran, dan meningkatkan keberlanjutan usaha.
Misalnya sebuah koperasi susu modern menjalin kemitraan dengan peternak lokal untuk memperoleh pasokan susu yang berkualitas tinggi. Mereka juga bekerja sama dengan perusahaan pengolahan makanan untuk menghasilkan produk susu olahan yang inovatif. Melalui kemitraan ini, koperasi dapat mengakses sumber daya yang diperlukan dan meningkatkan nilai tambah bagi anggotanya.
Dinamis berarti kemampuan koperasi beradaptasi dengan perubahan pasar, teknologi, dan kebutuhan anggota. Mereka memiliki kemampuan untuk merespons perubahan permintaan konsumen, tren industri, perubahan demografi, regulasi dan variabel lainnya. Dinamis juga berusaha terus menerus meningkatkan operasionalnya, mengadopsi praktik bisnis yang lebih efisien, dan mengikuti perkembangan terbaru dalam suatu industri.
Misalnya perubahan struktur demografi di Indonesia yang didominasi oleh generasi Millennial dan Zillennial sejumlah 53.8% dari data BPS (2020). Sementara berdasarkan survei yang dilakukan oleh Firdaus Putra (2022) dari 618 koperasi responden menyatakan keanggotaan koperasi 46,4% adalah Generasi X atau berusia 41-56 tahun. Sedangkan Generasi Millennial sebanyak 37.87% dan Generasi Zillennial 6.01%.
Atau dengan kata lain hanya 6 dari 100 generasi Zillennial yang menjadi anggota koperasi. Dalam konteks dinamis ini koperasi harus melakukan perubahan dari sisi layanan apa yang dibutuhkan oleh anggota dengan karakter yang lebih mahir dalam teknologi, menginginkan kecepatan dan kemudahan.
Adaptif koperasi modern harus memiliki kemampuan beradaptasi dari berbagai perubahan lingkungan. Mereka mampu mengubah strategi dan model bisnis mereka sesuai dengan perubahan pasar dan kebutuhan anggota. Koperasi yang adaptif menciptakan lingkungan yang memungkinkan inovasi, pengambilan risiko yang terukur, serta penyesuaian yang cepat terhadap situasi yang berubah.
Misalnya koperasi perikanan yang beroperasi di wilayah pesisir beradaptasi dengan perubahan iklim dan kebijakan penangkapan ikan yang baru. Mereka beralih ke metode penangkapan ikan yang berkelanjutan dan efisien dengan mengintegrasikan teknologi IoT, meningkatkan diversifikasi produk dengan memasarkan ikan olahan, serta menjalankan program pemeliharaan dan pelestarian lingkungan laut.
Kreatif-inovatif, koperasi modern menunjukkan sifat kreatif inovatif dengan menciptakan solusi baru, mengembangkan produk dan layanan yang unik, dan menerapkan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Mereka mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam proses inovasi dan memberikan ruang bagi ide-ide baru yang dapat menghasilkan nilai tambah.
Misalnya sebuah koperasi pertanian modern menggunakan teknologi drone dan sensor tanah untuk memetakan kebutuhan irigasi di ladang anggotanya. Mereka mengembangkan aplikasi mobile yang memungkinkan petani mengontrol irigasi secara otomatis dan memonitor kondisi tanah secara real-time. Inovasi ini membantu meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan hasil panen, dan mengurangi biaya produksi.
3 Vitamin: ENVISTRA, BIPROTA, INOSTAT
Beberapa elemen yang perlu rancang ulang agar suatu koperasi menjadi modern. Mulai dari pemetaan level makro dengan solusi ENVISTRA yakni Entrepreneurship, Visi Pengembangan dan Rencana Strategis (Renstra). Pada level meso dengan solusi BIPROTA yakni Bisnis Model yang Valid, Profesionalisme dan Tata Kelola yang Baik. Level Mikro dengan solusi INOSTAT yakni Inovasi, Standarisasi dan Adopsi Teknologi.
ENVISTRA – Entrepreneurship, Visi Pengembangan dan Rencana Strategis
Entrepreneurship
Spirit entrepreneurship atau kewirausahaan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, menciptakan, dan mengelola peluang bisnis. Dalam konteks koperasi, ketua koperasi harus memiliki kemampuan dan semangat untuk mengembangkan ide-ide baru, menerapkan inovasi, dan mengambil risiko yang terukur dalam upaya memajukan koperasi dan memenuhi kebutuhan anggotanya.
Spirit ini memiliki keberanian dan keterampilan untuk mengambil inisiatif, merancang dan melaksanakan proyek baru, serta beradaptasi dengan perubahan pasar dan lingkungan bisnis. Pada tingkat manajerial, koperasi modern dengan entrepreneurship memiliki pemimpin yang visioner, mendorong inovasi, dan memfasilitasi lingkungan yang mendukung bagi anggota untuk berwirausaha.
Contoh: Sebuah koperasi pertanian modern memiliki ketua dengan spirit kewirausahaan. Koperasi tersebut akan aktif mencari peluang baru dalam pengembangan produk, diversifikasi usaha, dan akses pasar yang lebih luas. Beberapa gagasan akan lahir dalam mengembangkan produk organik baru, penggunaan teknologi modern dalam produksi dan pengolahan hasil pertanian. Melalui semangat entrepreneurship ini, koperasi tersebut akan berhasil menghasilkan produk yang inovatif dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas.
Visi Pengembangan
Tidak sedikit koperasi telah memiliki visi. Namun visi yang dimiliki hampir tidak mampu menggerakan seluruh pihak di dalamnya untuk tumbuh yang sebagian besar memenuhi demi kepentingan formalitas. Menurut Merriam-Webster mendefinisikan visi sebagai “kemampuan untuk melihat: penglihatan, sesuatu yang Anda bayangkan, gambaran yang Anda lihat dalam pikiran Anda, sesuatu yang Anda lihat atau impikan”.
Dari visi mampu membuat koperasi menjadi berani: berani bereksplorasi, berani menantang, berani bersikeras, berani terus maju, berani memiliki tekad untuk berhasil. Visi adalah energi yang memberikan seorang wirausahawan dan organisasinya kemampuan untuk tampil dan berhasil. Dari visi pula mampu membawa perusahaan yang masih mikro hingga besar.
Visi pada akhirnya memungkinkan pemimpin yang berjiwa kewirausahaan untuk menarik orang lain ke arah idenya sendiri, membangun sesuatu dari awal, dan memecahkan masalah yang sulit dengan cara yang tidak biasa dan inovatif untuk menciptakan kehebatan itulah sebabnya visi adalah pendorong kewirausahaan.
Rencana Strategis
Rencana strategis sebagai alat menerjemahkan Visi. Rencana strategis membantu para pemimpin membuat tim mereka fokus pada inisiatif yang tepat untuk memberikan hasil terbaik bagi perusahaan mereka. Mulai dengan pemetaan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threats) koperasi mampu memperluas pandangan yang bisa jadi selama ini tidak pernah terpetakan sebelumnya.
Rencana strategis lebih dari sekadar sekumpulan tujuan di atas kertas. Ini adalah tentang bagaimana bisnis koperasi beroperasi secara keseluruhan. Alur dari satu departemen ke departemen lainnya.
Dalam renstra terdapat “target”. Tujuan harus terukur dan spesifik sehingga dapat dievaluasi di akhir tahun. Sebagai contoh: “Saya ingin tim saya meningkatkan pendapatan sebesar 20% tahun ini” atau “Saya ingin meningkatkan peringkat kepuasan anggota dari 85% menjadi 92%.” Rencana strategis yang kuat akan membantu setiap orang dalam organisasi Anda memahami peran mereka dalam mencapai target Anda.
BIPROTA – Bisnis Model yang Valid, Profesional dan Tata Kelola yang Baik
Bisnis Model yang Valid
Bisnis model merujuk pada strategi yang digunakan oleh koperasi untuk menghasilkan pendapatan, memberikan nilai tambah kepada anggota, dan menjaga keberlanjutan operasional. Bisnis model koperasi modern harus dirancang dengan cermat dan menggabungkan aspek-aspek seperti segmen pasar yang dituju, penawaran produk atau layanan, saluran distribusi, sumber pendapatan, serta diferensiasi kompetitif yang membuat koperasi unik.
Dalam buku “Business Model Navigator” terdapat 58 jenis bisnis model seperti Freemium, Subscription, Data, Berlangganan, Bundling, Affiliate, Waralaba dan lain sebagainya. Namun dari berbagai model baru tersebut, masih sedikit koperasi yang menggunakanya. Hampu sebagian besar masih mengadopsi bisnis model lama dan tidak mendiversifikasi pada model-model baru.
Misalnya koperasi modern yang berfokus pada produksi dan pemasaran produk kerajinan tangan lokal dapat mengadopsi bisnis model yang berbasis kebutuhan pasar atau melakukan riset pasar dengan kanal menggunakan platform e-commerce. Dengan menggunakan teknologi digital, mereka dapat memperluas jangkauan pasar, meningkatkan aksesibilitas produk, serta meningkatkan efisiensi operasional.
Seringkali koperasi tidak membangun suatu model bisnis yang valid. Sebaliknya bekerja dengan cara alamiah tanpa suatu rancangan tertentu. Misalnya bagaimana pendapatan (revenue stream) diciptakan. Apa saja biaya (cost structure) untuk menciptakan pendapatan tersebut. Tentu di dalamnya termasuk beban gaji karyawan. Dengan memvalidasi model bisnis, ujungnya profesionalisme pengelolaan dapat dilakukan karena semuanya sudah diukur atau direncanakan.
Profesional
Dalam survei yang dilakukan oleh Firdaus Putra (2022) dengan 618 responden koperasi terdapat 44,4% pengurus tidak menerima honor, 70,2 koperasi tidak memiliki manajer, dan 49,8% pengawas tidak digaji serta bila koperasi memiliki manajer puncak sejumlah 77,1% manajer memiliki gaji dibawah 4 juta setiap bulan.
Survei diatas menunjukan bahwa saat ini SDM yang bekerja di koperasi adalah sambilan dan kualitas SDM yang tidak unggul. Hal ini akan berdampak pada kinerja koperasi yang rendah. Dan penyebab hal ini terjadi karena koperasi tidak memiliki profitabilitas untuk meningkatkan kesejahteraan SDM di dalam koperasi. Jika ditarik lebih lanjut, maka penyebabnya adalah bisnis model di koperasi yang tidak valid.
Hal ini menurut penulis adalah lingkaran setan di dalam koperasi dimana satu aspek dengan yang lainnya saling terhubung dan memberikan dampak. Dampak dari tidak profesionalnya koperasi mampu memberikan kerugian material dan non material seperti fraud, konflik kepentingan, dan kinerja rendah. Maka solusi agar keluar dari jebakan ini adalah harus memutus salah satu rantai dari aspek-aspek di atas.
Tata Kelola yang Baik
Tata kelola yang baik adalah suatu kerangka kerja dengan 5 aspek yakni transparan, akuntabilitas, responsibilitas, independen dan kewajaran Koperasi modern harus memiliki struktur tata kelola yang jelas, menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi, dan memastikan adanya pengawasan yang efektif dalam menjalankan kegiatan bisnis.
Tujuan koperasi modern harus memenuhi aspek ini adalah untuk menjamin keputusan strategik dapat dilakukan dengan benar dan efektif. Mencegah terjadinya benturan kepentingan (conflicts of interest) berbagai pihak serta menjaga agar para pemimpin puncak puncak selalu sejalan dengan kepentingan anggota.
Misalnya adalah koperasi menyediakan laporan keuangan yang terverifikasi oleh auditor independen, mengadakan rapat anggota secara teratur untuk melaporkan kinerja, kebijakan dan rencana kedepan, serta membangun partisipasi serta keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan koperasi.
INOSTAT – Inovasi, Standarisasi dan Adopsi Teknologi
Inovasi
Inovasi produk adalah proses menciptakan produk baru maupun menyempurnakan produk yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang baru. Produk inovatif dapat memotong pasar yang stagnan dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara baru yang menarik. Pada intinya, inovasi memungkinkan bisnis untuk tetap relevan dan mendorong pertumbuhan.
Sebagai pemimpin koperasi, mengembangkan pemikiran inovatif di dalam koperasi dapat menjadi tantangan, memahami peluang inovasi apa yang ada, dan bagaimana mengeksekusinya dengan kemampuan yang dimilikinya. Inovasi bisa berupa inovasi layanan, operasional, produk, dan lain sebagainya.
Adopsi teknologi juga berperan dalam menunjang inovasi yakni dengan melibatkan penerapan dan penggunaan teknologi dalam operasional koperasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan pelayanan kepada anggota. Teknologi yang diadopsi dapat mencakup perangkat lunak, perangkat keras, sistem informasi, atau solusi digital lainnya.
Misalnya koperasi simpan pinjam mengadopsi teknologi blockchain untuk menyediakan layanan pinjaman yang cepat, transparan, dan aman. Teknologi blockchain memungkinkan verifikasi transaksi yang cepat, pemrosesan pinjaman yang otomatis, dan penyimpanan data yang terdesentralisasi.
Standarisasi
Sementara itu, standarisasi membantu memastikan bahwa inovasi dapat diadopsi dan diterapkan secara konsisten, aman, dan efektif di dalam koperasi. Standarisasi dalam organisasi berbentuk Standar Operasional Prosedur (SOP).
Memiliki SOP membantu memastikan bahwa proses bisnis dapat direplikasi dalam skala besar karena prosedur tersebut memecah proses yang paling rumit sekalipun menjadi langkah-langkah tambahan yang mudah diikuti. SOP membuat bisnis berjalan secara otomatis tanpa tergantung pada individu tertentu, serta meningkatkan nilainya,merampingkan operasi, namun juga dapat memberikan dampak positif terhadap nilai perusahaan Anda.
Adopsi Teknologi
Adopsi teknologi saat ini adalah kebutuhan nyata di tengah perubahan dan persaingan ketat. Adopsi teknologi tersebut dapat dilakukan pada beberapa dimensi: tata kelola organisasi, administrasi, bisnis, transaksi, pemasaran dan sebagainya. Berbagai teknologi sekarang banyak dikembangkan oleh startup atau perusahaan penyedia teknologi, koperasi dapat menggunakannya sesuai kebutuhan.
Adopsi teknologi terbukti dapat meningkatkan produktivitas bisnis. Hal tersebut sudah terlihat ketika kita mengalami pandemi Covid-19 dua-tiga tahun lalu. Kanal pemasaran menjadi solusi bagi pelaku usaha untuk tetap terhubung dengan pasar, konsumen dan bahkan para pemasok.
Di sisi lain, adopsi teknologi dalam tata kelola organisasi dan administrasi, dapat meningkatkan tingkat akuntabilitas dan transparansi pengelolaan koperasi. Para pimpinan koperasi (Pengurus dan Pengawas) dapat mengakses perkembangan usaha, laporan/ statistik keuangan secara realtime sehingga dapat mengendalikan para manajer/ karyawan. Teknologi juga saat ini tersedia dengan berbagai variasi dengan biaya yang terjangkau.
Demikian 3 vitamin dengan 9 unsur yang dikembangkan ICCI yang kami yakini dapat memodernisasi koperasi di Indonesia. Kulminasinya, seperti yang dikatakan oleh Satya Nadella, CEO Microsoft, “Modernization is not just about technology; it’s about improving lives, empowering people, and creating a more inclusive society”. Katanya, modernisasi tidak hanya soal teknologi, tetapi proses meningkatkan taraf hidup, memberdayakan masyarakat serta menciptakan masyarakat yang inklusif. []
Strategi Pengembangan Koperasi Modern- Anis Saadah
Ditulis oleh: Anis Saadah HC
Short Bio:
Anis Saadah adalah narasumber, konsultan, mentor & coach perkoperasian dengan beberapa pengalaman seperti di bawah ini :
- Youth Cooperatives Leadership Exchange Program Spanyol ,ICA 2023
- Mentor Global Cooperatives Entrepreneurship, Menchester, England, ICA, 2019
- Speaker Europe Development Days, Brussel, ICA, 2018
- Speaker at Circular Economy, Laos Hans Seidel Foundation
- Coach & Mentor Sustain Program MYHARAPAN 2020
- Licences of Small Cooperatives Finance and Risk Management, China Nantong
- Speaker at Global Conference & General Assembly ICA, Malaysia 2017
- Speaker at IDEATALKS The Future of X 2021
Post a comment