Yogyakarta, 21 Desember 2024 – Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI) bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI menggelar workshop bertema Startup Coop, Shaping the Future of Cooperatives Through Entrepreneurship. Kegiatan yang diikuti oleh 21 koperasi mahasiswa Yogyakarta ini melibatkan total 82 peserta. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas kewirausahaan mereka melalui model startup coop.
Startup coop adalah inisiatif yang diperkenalkan oleh ICCI sejak tahun 2017 untuk mempromosikan koperasi kepada generasi muda agar mandiri secara kolektif melalui usaha bersama. Selama ini, koperasi seringkali hanya dipahami sebagai koperasi simpan pinjam. Rendahnya kesadaran dan pemahaman mengenai koperasi mendorong ICCI untuk terus mengampanyekan model startup coop. Model ini mengusung tata kelola koperasi pekerja dengan bisnis model inovatif yang terus disosialisasikan melalui kolaborasi dengan berbagai kementerian dan lembaga di berbagai kota.
Bertempat di Luxury Malioboro Hotel, workshop ini dibuka dengan sesi bertema “Menjawab Tantangan Pekerjaan Melalui Startup Coop bagi Generasi Muda” yang disampaikan oleh Anis Saadah, Managing Director ICCI. Dalam paparannya, ia menyoroti tantangan generasi muda menghadapi bonus demografi dan Indonesia Emas, serta pentingnya menciptakan lapangan kerja secara kolektif melalui startup coop. Model ini mengutamakan bisnis yang kolaboratif, efisien, berorientasi pada nilai baru yang berkelanjutan, serta memiliki dampak sosial.
Sesi kedua bertajuk “Membangun Startup Coop yang Tumbuh Melalui Koperasi Multi Pihak” dipandu oleh Firdaus Putra, Ketua Komite ICCI. Ia menjelaskan keunggulan Koperasi Multi Pihak (KMP) yang mampu mengonsolidasikan dan memobilisasi sumber daya seperti modal, lahan, HAKI, teknologi, dan merek. KMP, yang memiliki dasar hukum berdasarkan Permenkop No. 21 Tahun 2021, menjadi entitas legal yang ideal untuk model startup coop. Koperasi mahasiswa di kampus berperan sebagai laboratorium kewirausahaan koperasi, menyediakan kebutuhan mahasiswa sekaligus mencetak kader koperasi dengan pemahaman ideologis dan filosofis.
Narasumber lain adalah KMP Let’s Play Game Studio, yang diprakarsai oleh anak-anak muda kreatif dari Batu, Malang. Mereka mengembangkan bisnis produksi game digital dan non-digital. Dalam sesi ini, Arif Bawono Surya dan tim mengenalkan success story dan  memberikan simulasi game coop kepada peserta. Game bernama “Pasar Buakita” mengajarkan nilai-nilai koperasi seperti pengambilan keputusan secara demokratis, pengelolaan usaha bersama, dan pembagian modal usaha. Game ini mengajarkan kerja sama agar semua peserta bisa menang, berbeda dengan game kompetitif lainnya.
Workshop ditutup dengan sesi diskusi dan serap aspirasi. Para pengurus, pengawas, dan anggota koperasi mahasiswa menyampaikan bahwa kopma sering menghadapi kendala dalam pengembangan usaha akibat masa kepengurusan yang singkat. Rendahnya kemandirian usaha juga menyebabkan kopma sulit mempromosikan koperasi di kalangan mahasiswa. Dari workshop ini, kopma mendapat ide untuk mengembangkan usaha yang berkelanjutan melalui model KMP, dengan keanggotaan berbasis kontribusi dan pengelolaan ide usaha anggota.
ICCI dan Kemenpora berharap startup coop dapat memiliki roadmap pengembangan yang jelas. Koperasi yang sudah ada diharapkan mampu menjadi platform kolaborasi untuk usaha turunan, seperti hilirisasi, digitalisasi, maupun korporatisasi, sehingga koperasi semakin relevan bagi generasi muda.
Post a comment