December 4, 2024

Oleh: Firdaus Putra, HC.

Ada dua pendekatan usaha yang sering digunakan oleh koperasi, tunggal usaha atau serba usaha. Tunggal usaha berorientasi pada pembangunan skala ekonomi (economies of scale), sedangkan serba usaha berorientasi pada cakupan ekonomi (economies of scope). Sehingga regulasi perkoperasian selalu menyatakan bahwa koperasi dapat tunggal atau serba usaha.

Begitu pun dengan Koperasi Multi Pihak (KMP), Permenkop UKM No. 8 Tahun 2021 tentang Koperasi dengan Model Multi Pihak, pasal 7 ayat 1 menyatakan “Usaha Koperasi Multi Pihak dapat dilaksanakan secara tunggal usaha atau serba usaha”. Meski secara regulasi dibolehkan, pertanyaannya, apakah KMP lebih tepat tunggal atau serba usaha?

Skala dan Cakupan Ekonomi

Skala ekonomi (economies of scale) dan cakupan ekonomi (economies of scope) adalah dua konsep penting dalam pendekatan bisnis yang mengacu pada cara-cara di mana perusahaan atau organisasi dapat mengoptimalkan biaya dan efisiensi melalui skala dan diversifikasi usaha mereka. Masing-masing memiliki fokus yang berbeda dalam mencapai efisiensi dan keuntungan.

Economies of scale mengacu pada pengurangan biaya per unit produksi yang diperoleh dengan meningkatkan jumlah produksi. Artinya, semakin besar jumlah barang atau layanan yang diproduksi oleh perusahaan, semakin rendah biaya per unit yang dapat dicapai. Ini terjadi karena perusahaan dapat menyebarkan biaya tetap (seperti biaya pabrik, mesin, dan manajemen) ke dalam lebih banyak unit produk.

Contoh skala ekonomi misalnya, sebuah pabrik mobil yang memproduksi 10.000 unit mobil per bulan akan memiliki biaya per unit yang lebih rendah dibandingkan dengan pabrik yang hanya memproduksi 1.000 unit per bulan, karena biaya tetap (seperti pabrik dan tenaga kerja) dapat dibagi ke lebih banyak unit.

Pendekatan skala ekonomi memiliki keunggulan seperti: 1). Pengurangan Biaya: Biaya per unit turun seiring dengan peningkatan volume produksi; 2). Peningkatan Daya Saing: Perusahaan dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif karena biaya produksinya lebih rendah; 3). Penggunaan Sumber Daya yang Lebih Efisien: Perusahaan dapat memanfaatkan mesin dan fasilitas produksi dengan lebih optimal.

Sedangkan economies of scope mengacu pada pengurangan biaya per unit ketika perusahaan memproduksi berbagai jenis produk atau layanan, alih-alih hanya satu produk. Dengan kata lain, perusahaan dapat menghemat biaya dengan mendiversifikasi lini produk atau layanan mereka, menggunakan sumber daya yang sama (seperti fasilitas, tenaga kerja, dan teknologi) untuk memproduksi berbagai produk atau layanan.

Ilustrasi konkritnya, sebuah perusahaan makanan yang sudah memproduksi makanan ringan (seperti keripik) dan kemudian mulai memproduksi minuman kemasan. Karena fasilitas produksinya dapat digunakan untuk keduanya, biaya produksi per unit untuk minuman dapat lebih rendah jika memanfaatkan sumber daya yang sudah ada.

Pendekatan ini memiliki keunggulan dalam hal: 1). Diversifikasi dan Pengurangan Risiko: Perusahaan tidak bergantung pada satu jenis produk atau pasar, yang dapat mengurangi risiko bisnis; 2). Efisiensi dalam Penggunaan Sumber Daya: Sumber daya yang ada (seperti fasilitas produksi, tenaga kerja, atau teknologi) dapat digunakan untuk berbagai produk atau layanan, meningkatkan efisiensi; 3). Peningkatan Pendapatan: Menawarkan berbagai produk memungkinkan perusahaan untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas.

 Perbandingan antara Economies of Scale dan Economies of Scope

Aspek Economies of Scale Economies of Scope
Fokus Mengurangi biaya per unit dengan meningkatkan jumlah produksi. Mengurangi biaya dengan memproduksi berbagai produk atau layanan.
Skala Meningkatkan volume produksi untuk menurunkan biaya per unit. Menghasilkan lebih banyak variasi produk menggunakan sumber daya yang sama.
Keuntungan Utama Penurunan biaya tetap per unit, meningkatkan efisiensi produksi. Diversifikasi produk, efisiensi dalam penggunaan sumber daya, mengurangi risiko.
Keterkaitan Sumber Daya Penyebaran biaya tetap (misalnya, mesin, pabrik) ke lebih banyak unit produk. Penggunaan sumber daya yang sama untuk berbagai produk, misalnya fasilitas atau teknologi bersama.

Biasanya koperasi yang baru berdiri akan mengupayakan economies of scale, sampai kemudian kebutuhan dan aspirasi anggota menjadi lebih heterogen seiring berjalannya waktu. Kemudian koperasi melakukan diversifikasi dengan membuka unit usaha/ layanan lainnya. Pada titik itulah economies of scope mulai bekerja.

Hanya ada satu jenis koperasi yang harus tunggal usaha, yakni Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Sedangkan koperasi jenis lain: produsen, konsumen, jasa dan pemasaran, bisa tunggal atau serba usaha. KMP juga demikian, bisa tunggal atau serba usaha.

Cara Kerja KMP

Seperti diketahui, KMP bekerja dengan cara mengolaborasi pihak-pihak yang relevan dalam suatu rantai pasok atau ekosistem usaha koperasi. Sebagai contoh, KMP sektor pertanian mengolaborasi Kelompok Pemasok, Kelompok Produsen dan Kelompok Pengolah. Kelompok lainnya, opsional yang bisa dilibatkan adalah Kelompok Konsumen, Kelompok Pemrakarsa dan Kelompok Investor. Bayangkan, KMP tersebut memiliki usaha dalam ekspor kopi dan sebagian dijual kepada para pemilik outlet lokal (Kelompok Konsumen).

Dalam aktivitas usaha tersebut KMP berorientasi pada tunggal usaha dengan meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi rantai pasokan. Bagaimana para pemasok berperan untuk memasok input produksi seperti bibit, pupuk dan sebagainya. Sedangkan produsen berperan dalam budi daya kopi. Lalu pengolah, bekerja pasca panen dengan melakukan pengolahan dan hasilkan produk tertentu. Setelah menjadi produk, kopi dijual ke pasaran luar dan/ atau dibeli sebagian oleh konsumen yang adalah para pemilik outlet/ kedai.

Dengan melihat corak usaha di atas, KMP sesungguhnya lebih tepat berorientasi pada tunggal usaha dari pada serba usaha. Di mana orientasinya adalah meningkatkan kapasitas dan volume produksi dan di sisi lain, dengan kolaborasi antarkelompok, rantai pasok menjadi lebih efisien. Pendekatan kolaborasi antarpelaku tersebut bertujuan untuk memperbesar kue ekonomi, mengurangi berbagai biaya (termasuk pajak) serta mengurangi risiko (ketidakpastian pasar, kualitas, kuantitas, dan lainnya).

Meski demikian, KMP tetap dapat membuka unit-unit usaha/ layanan lain sebagai usaha pendukung. Dipahami bahwa koperasi merupakan kumpulan orang (people-based enterprise) yang keberadaanya dalam rangka memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota. Sehingga kebutuhan dan aspirasi anggota lainnya tersebut dapat direspon dengan cara membuka unit/ layanan pendukung.

Misalnya, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, KMP juga membuka unit usaha ritel yang menjual kebutuhan sehari-hari/ sembako. Serta usaha/ layanan lain yang relevan dan dibutuhkan anggota, dengan catatan, sejauh efisien diselenggarakan oleh koperasi. Apabila tidak efisien, koperasi tidak wajib menyelenggarakan usaha/ layanan pendukung tersebut.

Di lapangan saya melihat ada beberapa KMP berorientasi pada serba usaha, yang nampaknya, mereka keliru paham antara “multi pihak” dengan “multi usaha”. Sehingga perlu ditegaskan bahwa meski KMP beranggotakan macam-macam kelompok, tidak sama dengan KMP membuat unit usaha untuk melayani masing-masing kelompok tersebut.

Kekeliruan lain nampaknya terjadi pada tahap perumusan kelompok anggota. Di mana mereka tidak memulai dari analisis rantai pasok atau ekosistem usaha tersebut. Analisis rantai pasok sangat krusial sehingga dalam merumuskan kelompok anggota menjadi tepat dan kompatibel dengan usahanya. Dengan analisis itu akan terpetakan para pihak yang relevan untuk dikolaborasikan di bawah satu payung KMP. Kolaborasi tersebut menghasilkan efisiensi operasional, mengurangi inefisiensi dalam rantai pasok, seperti pengurangan biaya logistik dan optimalisasi kapasitas produksi.

Keunggulan dan Tantangan

Dalam konteks seperti di atas, perlu diperhatikan adanya tantangan dan juga keunggulan dari pendekatan tunggal atau serba usaha, sebagai berikut:

Aspek Keunggulan Tantangan
Tunggal Usaha Pendekatan ini memberikan fokus pada pengembangan rantai pasok spesifik. Misalnya, di sektor pertanian, tunggal usaha memungkinkan KMP menciptakan efisiensi dalam rantai pasok dengan mengintegrasikan pemasok, produsen, dan pengolah. Fokus ini dapat menghasilkan specialization economies, yaitu penghematan biaya melalui penguasaan kompetensi inti. Ketergantungan pada satu jenis usaha membuat koperasi lebih rentan terhadap fluktuasi pasar, seperti perubahan harga komoditas atau gangguan rantai pasok. Strategi mitigasi risiko bisa berupa diversifikasi produk akhir (misalnya, kopi menjadi bubuk kopi premium, kopi instan, atau produk turunan lainnya).
Serba Usaha Membuka unit usaha pendukung memungkinkan KMP menjangkau kebutuhan anggota secara lebih luas, seperti layanan ritel, keuangan, atau pelatihan. Ini sejalan dengan prinsip koperasi sebagai organisasi berbasis kebutuhan anggota. Model ini sering menghadapi masalah fokus dan efisiensi, terutama bila manajemen tidak memiliki kompetensi untuk mengelola beragam jenis usaha.

Solusinya adalah pada masa pendirian dan pengembangan, KMP perlu fokus dalam core business tertentu untuk mencapai skala usaha. Lalu mengikuti kebutuhan dan aspirasi anggota yang tumbuh dan beragam, KMP dapat membuka lini usaha turunan dari core business atau unit usaha/ layanan pendukung. []


Baca konten lainnya tentang Koperasi Multi Pihak

Sekarang Sudah Ada Lebih dari 200 Koperasi Multi Pihak di Indonesia
Bagaimana Cara Mendirikan Koperasi Multi Pihak?

Comment(1)

  1. Reply
    pingback Bagaimana Cara Mendirikan Koperasi Multi Pihak? – INDONESIAN CONSORTIUM FOR COOPERATIVES INNOVATION says

    […] Tim Pemrakarsa harus dapat merumuskan model bisnis yang relevan sesuai dengan tujuan tersebut. Anda bisa membaca artikel ini lebih lanjut: https://icci.id/2024/12/04/koperasi-multi-pihak-lebih-tepat-tunggal-atau-serba-usaha/ […]